Sabtu, 07 November 2015

artikel Fenomena biologi



HUJAN KODOK DI ISHIKAWA JEPANG
           
            Hujan kodok di Jepang menjadi sebuah fenomena tersendiri yang beberapa waktu lalu sempat membuat geger warga yang tinggal di kawasan Jepang. Kehebohan yang disebabkan oleh hujan kodok di Jepang tersebut memang wajar. Mengingat hujan pada umumnya berbentuk tetesan-tetesan air.
            Fenomena ajaib yang berkenaan dengan alam ini terjadi pada Juni 2009 lalu. Hujan kodok di Jepang ini tepatnya terjadi di beberapa kawasan, yaitu  Taiwa, Nakanoto, Asahi, dan Kuki. Kawasan itu merupakan “kawasan terpilih” yang di singgahi oleh segerombolan kodok ajaib yang jatuh dari langit.

           
            Kodok yang berjatuhan dari langit dan orang-orang mengenalnya sebagai fenomena hujan kodok di Jepang itu tidak berbentuk kodok yang besar. Kodok yang jatuh berbentuk seperti anak kodok atau masyarakat Indonesia mengenalnya dengan istilah kecebong. Bentuknya pipih, lengkap dengan buntut. Persis seperti gambaran kecebong pada umumnya. Kodok tersebut diperkirakan memiliki kurang lebih 5cm.
            Hujan kodok di Jepang yang sempat meresahkan warganya terjadi selama beberapa hari. Peristiwa tersebut jatuh pada hari yang berdekatan, anatara 9, 15, 16, dan 17 Juni 2009 lalu, Tn. Ishikawa, di kota Nakanoto.
            Hujan kodok di Jepang yang cukup mengherankan tersebut juga memiliki penjelasan ilmiah. Belakangan ini masyarakat dunia dihebohkan dengan isu tentang pemanasan global atau perubahan cuaca yang cukup ekstrem, dan perubahan cuaca dan tidak menentu di negara Sakura. Isu itulah yang kemudian dicurigai sebagai penyebab terjadinya hujan kodok tersebut.
            Menurut sebuah siaran acara televisi di Jepang yang khusus mengabarkan berbagai fenomena kerusakan alam. Kejadian luar biasa yang menimpa negaranya ini terjadi akibat kerusakan lingkungan yang tidak bisa lagi ditolerir. Bahwa hujan kodok di Jepang ini terjadi akibat adanya sebuah pusaran angin yang cukup besar. Pusaran tersebut biasanya berada di atas permukaan air, seperti sungai, rawa dan danau.
            Pusaran angin itulah yang dicurigai mampu mengangkat hewan-hewan yang ada di dalamnya. Mengingat ukuran kecebong tidak terlalu besar, maka hewan kodok itulah y6ang bisa terbawa dan terangkut dalam jumlah yang cukup banyak untuk kemudian “ditumpahkan” ke kawasan-kawasan yang menjadi tempat kejadian perkara. Tinggi dan kencangnya fenomena pusaran air ini pun diamini oleh FAO sebagai akibat dari pencemaran lingkungan.
            Fenomena hujan kodok di Jepang ini ternyata juga pernah dialami oleh negara lain. Kejadian ini bahkan terjadi jauh sebelum kodok-kodok itu berjatuhan di Jepang. Negara Inggris dan Serbia menjadi dua negara dengan pengalaman fenomena yang sama. Dua negara itu sudah lebih dulu merasakan atmosfir kehebohan yang dilahirkan dari kodok-kodok tersebut. Negara Serbia mengalaminya pada tahun 2005 lalu, sementara Inggris sudah mengalaminya pada tahun 1998 lalu.
            Bumi, sebagian besar terdiri dari air. Pusaran-pusaran air itupun menjadi satu hal yang mungkin terjadi di mana saja. Tidak terbatas pada satu kawasan teritorial tertentu. Fenomena hujan kodok di Jepang ini bisa saja beberapa tahun ke depan ikut dirasakan oleh warga yang ada di Indonesia. Hal itu tentu saja akan semakin cepat terjadi, jika kebersihan lingkungan masih tetap disepelekan.
            Hujan kodok di Jepang – fenomena alam yang biasa. Wajar rasanya jika hujan kodok di Jepang yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi sebuah fenomena yang cukup meresahkan, karena seperti yang kita tahu, hujan merupakan sebuah proses alamiah yang berkenaan dengan perubahan gas menjadi menjadi zat cair. Gas yang terbawa angin hingga mencapai atmosfir dengan suhu lebih rendah kemudian mencair secara perlahan.
           
            Lalu, bagaimana hujan kodok di Jepang itu bisa terjadi? Apakah kodok mengalami proses yang sama dengan gas yang kemudian mencair? Para peneliti pun menjadikan itu sebagai bahan penelitian. Mereka mempelajari bagaimana sesungguhnya hujan kodok di Jepang itu bisa terjadi. Secara kebetulan kodok juga menjadi binatang yang dianggap cukup menjijikan bagi sebagian orang. Hujan kodok di Jepang ini menjadi fenomena yang tidak dialami oleh setiap negara.
            Tahukah anda jika ternyata menurut beberapa ahli sering berurusan dengan masalah cuaca dan seluk beluknya, hujan kodok di Jepang benar-benar bisa terjadi kapan saja dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi di negara lain. Apa yang dikatakan oleh para ahli tersebut mengenai fenomena hujan kodok di Jepang itu seharusnya sudah cukup menjadi obat “penenang” bagi kehebohan yang sempat terjadi akibat peristiwa itu.
           
            Selayaknya seseorang yang tidak disengaja jatuh dari ketinggian, kodok-kodok pada fenomena hujan kodok di Jepang itu juga jatuh dengan gerakan yang cukup agresif, seolah sedang berusaha melawan gravitasi. Gerakan agresif itu menunjukkan bahwa mereka hidup, dan merasa terancam dengan jarak yang cukup tinggi. Tak jarang juga para saksi mata menemukan bahwa kodok yang jatuh dari langit itu masih dalam keadaan terbungkus bongkahan es.
            Keadaan yang dialami kodok pada hujan kodok di Jepang itu menunjukkan bahwa mereka “dating” dari suhu yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan suhu di sekelilingnya. Suhu yang rendah itu kemudian membawa kodok-kodok tersebut ke daerah dengan suhu yang lebih tinggi. Akibatnya kodok itupun terjatuh karena penyesuaian suhu.
            Anda mungkin penasaran bagaimana tanda-tanda sebelum hujan kodok di Jepang itu terjadi. Apakah memiliki tanda-tanda yang sama dengan hujan pada umumnya atau tidak?. Fenomena yang masih cukup membuat takjub itu ternyata memiliki tanda-tanda yang sama dengan hujan pada umumnya. Langit akan berubah menjadi mendung, dan hujan aneh itu pun terjadi, biasanya bersamaan dengan petir dan angin yang cukup kencang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar